Reruntuhan itu Indah



Attraversiamo : Mari Menyeberang.

Winda menatap kejauhan pada matahari senja. Ada yang hilang dari senja kali ini, seseorang yang pernah berarti untuknya, menemani hari-harinya.

Winda duduk di atas pasir yang kadang basah oleh buih halus. Winda meraih pasir dengan jemarinya, melihat pasir itu terlepas dari sela jari-jarinya yang menggenggam.

"Hancur," Winda mengamati pasir-pasir yang berjatuhan itu.
"Kehancuran seperti inilah yang melanda aku dan ceritaku sampai hari ini." Winda tersenyum merebahkan dirinya di atas pasir.

"Seseorang bilang padaku, kehancuran dan reruntuhan adalah indah."

Winda memejamkan matanya. Kali silam, ia baru menemui seseorang yang asing. Wanita cantik yang ditemuinya begitu sedih dan nampak amat kehilangan. Wanita itu tersenyum tulus ketika mengatakan bahwa kehancuran adalah awal yang indah. Meski jelas, tak ada yang mau mempercayai itu.

Winda ingat betapa wanita itu bisa saja benar. Apa yang tersisa kini dalam dirinya sendiri? Dia kehilangan segalanya, dia bahkan Berhenti merasakan banyak hal. Dia seperti mati rasa karena terlalu sering melewatkan makna hidupnya sendiri. Dia tidak pernah benar-benar bersungguh-sungguh lagi sejak dia bersenang-senang. Dia seperti terjebak pada kepuasan dan kesenangan yang salah. Semua jadi terasa salah karena tidak adanya keseimbangan yang dia peroleh. Winda kerap merasakan kehampaan dan rasa bersalah.

Kini Winda meyakini Attraversiamo. Dia putuskan menerima bahwa dunia dan impian di belakangnya telah runtuh. Hancur ber serakan tanpa mampu lagi dia menatapnya. Memaksa impian dan ada yang pernah ia miliki itu, hanya akan membuatnya lebihlama ada pada kubangan kehampaan. Dia letih, letih menatap kesalahan demi kesalahan yang tak sungguh-sungguh dia perbaiki. Mungkin memang iya, sesuatu tak ada yang abadi termasuk impiannya di belakang.

Winda menutup wajahnya dengan telapak tangan. Menutupi wajahnya dari sinar senja. Dia menangis, tiga titik air mata membentuk alur di sekitar matanya. Winda pasrah pada apa yang terjadi di masa kini. Masa dimana dia membiarkan semuanya lebih baik hancur. Winda telah memilih menghempas semua yg pernah membuatnya tergila-gila. Winda memilih meninggalkan semua.

"Tak apa jika kau patah hati," wanita sedih itu pernah berkata padanya. "Tak apa karena itu artinya kamu pernah berusaha demikian keras." Winda kini kian tersedu.
"Ketika kamu melihat semua yang ada sudah hancur dan runtuh, artinya kamu bertransformasi," ia melanjutkan.

Winda tergugah di tengah sedu sedan itu. Lalu mulai menatap senja dengan sedikit senyum ironi. Mungkin benar, bahwa manusia selalu berusaha keras memperjuangkan keinginannya karena masing-masing tak ingin hancur. Mereka berjuang keras sekali untuk mengenali transformasi yang sudah mutlak tidak akan berhenti sepanjang zaman.

Winda mengalah dan menerima ketidakabadian impian yang ia punya bersama seseorang. Winda paham, tak ada yang benar-benar abadi selain keluarga. Teman, kekasih, dan impian; mereka bisa saja meninggalkan dirinya tanpa menunggu waktu yang tepat.

Winda bangkit, berdiri, berjalan menyentuh air sampai selutut kakinya. Senja kini makin merah dan lebih menikam lagi kehilangan itu. Namun Winda takkan terlalu banyak berpikir lagi. Winda cuma tahu, ia telah menanggalkan semuanya. Menerima dirinya harus mulai dari awal.
"ATTRAVERSIAMO," Winda menutup matanya lalu tersenyum.

4 comments:

  1. dari reruntuhan kan kita jadi punya kesempatan bangun lagi...

    ReplyDelete
  2. |Bukan tentang bagaimana bisa runtuh tapi bagaimana kita bsa membangunya kembali

    ReplyDelete
  3. @sky : artinya mari menyeberang ^___^ diucapkan di buku Eat, Pray, Love

    @Rawins : banget,, setujuh

    @danil, ah bijak banget... memang, butuh keberanian untuk membangunnya kembali dari awal ^^

    ReplyDelete

 
Copyright © 2012 Main Kata : Blog Menulis dari Hati ~ Template By : Jasriman Sukri

Kamu bisa menulis deskripsi disini