Usia 100 Tahun untuk Egois



Jika kita hidup hingga 1000 tahun, maka kita bisa menggunakan :

100 TAHUN UNTUK EGOIS

"Tak perduli orang lain, yang penting saya enak, yang penting saya mendapatkan apa yang saya mau. Jika ada yang bilang saya harusa sadar untuk berubah, maka akan saya bilang : "Gak papa, begini aja.. karena hidup saya masih 900 tahun lagi kok!"

=======================================

Hari mematikan video motivasi itu seraya merebahkan dirinya ke sofa hijau di apartemennya. Hari memainkan remote DVD Player seraya menikmati hening dan sunyi langit-langit kamarnya. Apartemen itu begitu sepi dan tak ada pandangan menarik selain kumpulan awan dan langit terik di luar jendela lantai 20.

Rasanya aku telah begitu dekat dengan langit, rasanya aku telah banyak mendapatkan kenyamanan langit dan sendiri. Hari mulai merangkai cerita mengukir sendunya menemani sunyi. 

Di ketinggian dan kesendirian cakrawala seperti ini, ternyata semakin menjauhkanku dari hiruk pikuk perjalanan. Aku semakin diam dalam hitungan meter persegi ku berjalan, duniaku semakin sempit oleh dinding-dinding yang membatasi. Aku semakin sulit berbaur dengan milik orang lain, sementara orang lain seperti tak perduli dengan sunyinya rumahku.

Hari bangkit berdiri, celana pendeknya tergerai di atas lutut kurusnya. Dia berjalan meraih gagang pintu geser di dekatnya. Berdiri keluar, meraih pegangan balkon apartemennya. Diedarkan pandangannya sedih ke arah bawah.

Kerdil sekali, kerdil sekali dunia di bawah sana. Mereka berlalu lalang dengan segala amanah tentang menjalani hari dan hidup. Di bawah sana begitu banyak emosi dan ketertarikan. Sedang aku di atas sini justru lebih dekat ke langit, tempat doa bermuara dengan tengadahnya kepala. Namun sepi di sini menghempaskanku bahwa setelah tanah, tubuh ini takkan bersama siapapun lagi. Tubuh ini sendiri dan lemah tanpa kemampuan menghentikan perputaran waktu meski kekerdilan semakin jauh dan bisa ditinggalkan di bawah sana.

Hari tertunduk perih, bukan karena galau atau sendiri lagi kini. Melainkan karena jantung yang ia miliki semakin terasa perlahan meninggalkannya juga. Hari, pemuda berkulit halus bersenyum pangeran. Namun jantungnya takkan mampu menyelamatkan dirinya dari ancaman sekarat. Hari memegang dadanya erat, sakit kesekian kalinya ini pasti bisa ditahan. Entah untuk berapa lama lagi Hari akan menjalani hari esok. Hari ada, di hari yang tak pasti akan ada lagi untuknya. Itulah mengapa, Hari tak bisa berkeinginan untuk egois. Hari tahu, harinya akan datang. Harinya akan ada untuk dia menjawab semua keinginannya di bumi. Hari...

4 comments:

 
Copyright © 2012 Main Kata : Blog Menulis dari Hati ~ Template By : Jasriman Sukri

Kamu bisa menulis deskripsi disini