Dimanakah Wanita Penadah Koin Itu ?


    Aku selalu harus melewati tikungan itu mulanya. Tapi seiring waktu berjalan, tikungan itu menjadi sebuah kebiasaan yang aku abaikan setiap melewatinya. Tikungan itu begitu kotor, becek, dan bau. Tikungan itu mulanya sempat membuatku tak pernah nyaman melewatinya. Tikungan itu hanya tikungan yang sempit. Tapi yang berpakaian bagus dengan aksesoris mewah, tak pernah berhenti melewati tikungan itu setiap hari mereka ke ladang nafkahnya.

    Pagi itu bukan pagi yang berbeda. Bukan pagi yang istimewa. Hanya satu pagi yang biasa, tidak istimewa, dan tidak berhadiah apapun. Aku turun berdesak di pintu bus besi di depan halte kumal. Dan aku memijakkan kakiku seperti biasanya di pelataran aspal jalanan kota. Aku tak merasa langkahku berat, aku juga tak merasa langkahku bersemangat. Langkah yang tahu kemana harus berjalan lagi, langkah yang terbiasa merunut jejak rutinitas yang telah lama berlangsung.

    Aku berhenti sejenak. Kakiku begitu bau kubayangkan. Karena sandalku yang tampak kecoklatan mengkilat karena tanah basah yang kontras dengan aspal barusan. Disinilah aku pasti berhenti sejenak, karena antrian yang ramai melintas di tikungan sempit yang biasanya itu. Tikungan yang begitu kotor, becek, dan bau. Tikungan yang ramai akan petani rezeki yang mengenakan perhiasan. Ah, antrian yang panjang. Tapi anehnya, aku tak mengeluh. Ini adalah rutinitas, ini adalah keberadaan yang nyata, ini adalah ada dan biasa saja.

    Tiba giliranku melesak ke dalam tikungan sempit itu.Tak ada perasaan tak nyaman. Dan yang paling penting buatku, seperti hari sebelumnya, satu tanganku terkepal erat. Tangan kanan ini terkepal karena sedang bermain rahasia. Jemari-jemari mungil ini sedang menutupi sebuah benda rahasia yang menjadi kunci penting bagi rumah abadi impianku, surga.

    Senyum selalu terselip di wajahku ketika aku berada di tengah tikungan. Aku tahu, kunci ini ada di genggamanku. Aku tahu, benda rahasia ini adalah jalan rahasiaku ke rumah abadi nanti. Seperti selalu, aku tersenyum rahasia mempererat genggamanku. Aku akan menggunakan isi genggaman ini sebentar lagi. Di mulut tikungan di ujung depan nanti, aku akan membutuhkan kunci ini. Ah, tak sabar dan tak boleh aku lupa menggunakannya.

    Sedikit lagi, aku akan sampai.

    Genggaman tanganku pun kian erat kurasakan.

    Dan senyum rahasiaku, tak jua sirna.

    Tapi, tunggu? Ah, manakah dia? Perasaan kecewa semakin menghangat di desir nafasku. Ah, dia tak ada. Kemanakah perginya? Mataku mencari-cari sosok itu. Sosok yang biasanya menunggu kiriman rahasiaku. Sosok yang aku tahu pasti tak pernah lupa menjaga gerbang tujuanku. Ah…. Setelah cukup jauh aku terus berjalan dengan mata yang tak tenang, aku tersadar. Sosok itu tidak ada. Sosok itu tidak datang.

Aku melihat genggaman tanganku mengendur… Kudekatkan ke dadaku, seakan berduka karena gagal membawa rahasiaku ke pemiliknya. Seolah-olah, aku mengecewakan seseorang yang memberikan titipan kepadaku.

    Aku membuka genggaman tanganku iba. Iba pada sosok itu karena tak datang menjemput rahasia ini. Iba pada koin-koin kuning yang tertumpuk bisu di genggamanku, karena tak berhasil menuju pemiliknya. Iba pada diri sendiri, karena hari ini aku tidak membuka kunci rumah abadi impianku itu.

Mungkin aku kesiangan, yah itulah bisikku setelahnya. Mencoba menenangkan hati. Mencoba menghibur diri.

    Yah… Mungkin aku kesiangan. Pasti karena aku kesiangan. Aku menaruh kembali isi genggaman itu dalam saku kecil tas kerjaku. Ada sebersit rasa teramat menyayangkan ketika harus menaruhnya kembali di sana.

Aku tahu, seharusnya bukan disitu tempatmu wahai koin-koin kuning. Tempatmu sudah ku tentukan. Tempatmu sudah kupilih sebelumnya. Di gelas besi milik seorang sosok yang tadi tak ada. Di gelas besi yang lusuh milik sosok yang biasanya membisu di ujung tikungan tadi.

    Aku tertunduk berbicara pada diriku sendiri. Mencoba menguatkan hati bahwa akan ada rahasia untuk koin-koinku tadi. Aku mendapati langkahku telah terjejak di lantai keras. Pelataran aspal lagi rupanya. Berarti pelataran becek tadi telah lalu. Aku mendongakkan lagi kepalaku,menemukan semangat baruku.

    Bersabarlah koin – koin kuningku.

    Bersabarlah wahai wanita pemilik sosok itu, semoga kau tak apa dimanapun itu.

    Untuk diriku sendiri, aku katakan : Bersabarlah, kunci untuk membuka surga, baru saja bermain rahasia

27 comments:

  1. Jika kau teruskan langkah, sedikit saja, terus...yak, terus saja berjalan, di ujung sana, kau akan melihat bangunan sederhana, tempat orang numpang sembahyang, dan ada bapak tua yang mengurusnya, ikhlas, tak lelah meladeni pesinggah lalu lalang, barangkali koin kuning itu lebih merasa, "aku pantas di tangannya! karena aku tak suka berada digenggaman yang datang menunggu saja tanpa usaha"

    Mungkin itu isyarat koin kuning yang tidak ingin menipu genggaman bahagiamu membayangkan pintu surga yang terbuka bagimu. Padahal ia dapat merasa, ada yang lain yang lebih berhak atas dirinya...Lalu, bagaimanakah pintu surga itu akan terbuka jika koin kuning saja merasa enggan berpindah tuan? ^^

    Berjalanlah, terus saja berjalan, carilah keikhlasan koin kuning itu melangkah semurni bahagianya jiwamu melepaskannya..

    ------------------------------------------------

    btw, timplate baru niy? aku juga pingin ganti timpalte, tapi belum tahu caranya..ada yang saran yang seo friendly, yang kayak apa itu...hehehe..btw lihat rumah barumu ini rasanya lebih tenang, lebih teduh lihatnya wied, ga terlalu lola lah...trus tapi si Ce Boks nya man na?^^

    Kalo boleh usul, di Header ada kata having dengan H huruf kecil, nurutkuh niy, bikin Header yang Captitalized Each Sentence aja, lebih kelihatan Powerfull begituuu...^^

    Trus, untuk gambar stop this paint tonight itu keknya lebih bagus memanjang dengan tulisan yang agak lebih besar... biar ga ada ruang kosong di sebelahnya...^^

    Banyak saran ya aku? hehehe...*soalnya aku juga pingin bisa pake timplate bagus..ajarin duoooonnng? hehehe..

    salam sehat,
    tfd

    ReplyDelete
  2. ih keren bgt teh wied bkin cerpennya..^0^
    jd inget jaman2 SMP smp SMA sring bkin cerpen trus dimuat di mjlh plus dpt juara 2,,,hihihihi gpp y teh rada sombong nie aq,udah ngga prnh nulis lg nie pas knal dumay,,xixixi


    Miss Rinda - Personal Blog

    ReplyDelete
  3. ::: khusus buat Tour, Food, and Health short as TFD :
    Aduh aduh,,, kagum sama kecepatan mengetiknya... ck ck .. hihihi ^_^v, aku terharu comment paling panjang dalam sejarah blog punyaku,, xixi ^-^v

    1. "aku pantas di tangannya! karena aku tak suka berada digenggaman yang datang menunggu saja tanpa usaha" adalah quote darimu yang paling kusuka

    2. Template di ganti ? mudah... caranya coba buka http://www.deluxetemplates.net/ aku yakin disitu ada yang friendly dan kamu suka. ^-^v Langsung Download yag kamu suka, boleh lebih dari satu lho... yang mana aja kamu suka deh... ^-^v

    3. Hohoho... masukannya jeli bangetttt.... aku malah kelupaan bagian2 sederhana gitu yah? haduh, makasih buanyak banget perhatiannya... banget deh ^-^v akan kuperbaiki ^-^v

    4. Soal template, setelah kamu donlod semua tadi, esxtract file semua itu biar keluar format XML. Lalu,

    5. Buka file blogspot kamu. Di dashboard pilih blog yang mau di setting templatenya. Pilih Menu Layout atou juga Design. Terus pilih sub menu Edit HTML. Sudah?

    6. Coba lihat panduannya. Di paling atas disarankan menyimpan dulu settingan template yang lama (istilah back up) Pilih Download Full Template trus simpan dulu di PC kmu.

    7. Sekarang saatnya kamu explore deh template yang kamu donlod tadi dengan pilih Browse ke file XML donlodan kamu, trus UPLOAD. Lihat hasilnya. Baca petunjuknya yang penting2 dulu. Baru silahkan PREVIEW ato SAVE TEMPLATE.

    8. Selamat coba2 explor..

    9. Ini salah satu blog ku... blog home ku gak ganti template. Karena aku udah suka hehehe.... ^_^v yang ini adalah blog cerpen, jadi dibuat yang teduh dan fokus membaca.. hehe.. ^_^ makasih banyak yah dah baca dan membalas dengan kata2 bijak lainnya ^-^v

    ::: p.s. I love you ^-^v

    ReplyDelete
  4. ::: Miss Rinda : Wah sayang banget gak bikin lagi cerpen, kan kamu ada sejarah menang... ^-^v... aku justru menang karena karya non fiksi, giliran fiksi gak ada yang menang, hikz

    ReplyDelete
  5. ak simax aja deeeee, tapi baguz kok, menyentuh ..... aku juga sering bikin opini di koran uda 10 kali tapi yang terbit cuma satu kwkkwkwkwkwkwk..... tetep smnagadh

    ReplyDelete
  6. template baru ya...:D

    nice story...

    tapi kenapa mesti ngasi koin...? cek aja gitu atau kartu kredit spy kelihatan lbh bonafid (ini mau ngasi siapa sih?) :D

    ReplyDelete
  7. kenapa dikepalaku malah ke bayang polisi cepek yang ngatur lalu lintas di jalan tikus jakarta ini yah????

    ReplyDelete
  8. ::: Danil Edan : ah kamu mending juga tuh... hikz...

    ::: Skydrugz : ^_^ bukan template baru lho ^_^ ini blog yang lain ^_^v

    ::: Gema : Hohoho.... bener jugah yah ^_^v

    ReplyDelete
  9. Wah ane cuma bisa bilang keren abiz wie ni cerpen loe...satu pesan shabat jgn pernah hentikan langkamu walau sjengkal pun jika kw anggap langkah itu berarti bwt dirimu dan orang2 terdekatmu...!!

    ReplyDelete
  10. makasih wied infonya..tar dyehhh saya cermati pelan-pelan...hihihi..jadi, mana yang atunya lagi? sampahin dong di cbox aye..hihihi...

    ReplyDelete
  11. Wuiiih kereen, prjalanan koinnya untuk sampai kepada yg berhak jadi keren di "tangan" mbak Wied.Salut mbak :)

    ReplyDelete
  12. ::: Arief borneo: trims pujian nya.. huhu ^_^ terharu

    ::: Tfd : lho, belom yah?

    ::: Mba Winny : hehehe... bisa aja niy ^-^v

    ReplyDelete
  13. fisiknya(the koin) boleh masih di genggamannya wied, tapi nilainya boleh jadi telah menjadi bandul pemberat amal kebaikannya di akhirat kelak

    ReplyDelete
  14. Wah bagus bener mbak ceritanya....
    Jadi penasaran.. dimana ya wanita penadah koin itu ?

    ReplyDelete
  15. Ternyata pinter juga ya menuliskan cerita.
    Ini dari kisah nyata...? Wah... keren sekali, mbak.

    ReplyDelete
  16. mantap cerpennya ampe aku kehabisan kata2 buat pake komen.hehe

    ReplyDelete
  17. sayang......koin nya ga sampai ke tangan yang berhak mendapatkannya.

    good postingannya.

    ReplyDelete
  18. ::: catatan kecilku : sayangnya sampai sekarang, wanita itu belum datang juga... mari kita doakan saja

    ::: The Others : iyah, kisah nyata di hari yang sama saat itu ^-^

    ::: TUkang Colong : ah masa siy,,, ^-^v

    ::: Rahmatea : insya Allah membangun semangat kita juga ^-^

    ReplyDelete
  19. Wah, cerpennya keren nih. Beneran true story? kalau gitu keren lah. hehe..
    Oh ya, btw koin2nya ada berapa? kenapa gak uang kertas aja? hehehe.. (kidding)

    ReplyDelete
  20. Two thumbs up buat mbak wied...Yo're inspiring people...

    ReplyDelete
  21. teteh udah nerbitin novel ?
    keren semua tulisannyah ak suka gaya bahasa teteh

    ReplyDelete

 
Copyright © 2012 Main Kata : Blog Menulis dari Hati ~ Template By : Jasriman Sukri

Kamu bisa menulis deskripsi disini