Terbaring oleh Manusia

Aku terbaring dan tidak berani bersuara

Hanya menahan sakit karena rantai yang membelengguku

Terkadang, aku melihat tetesan darah segar menetes

Sela-sela bulu mataku, tertutup debu dan tanah

 

-

 

Jatuh hati mampu menjeratku sedalam ini

Ketika kepak datangnya dari sayap yang patah terluka

Bahkan sayap yang dulu lebih tegap dari bahuku

Tidak mampu menjaga keseimbangan dari putaran gelora diri ini.

 

--

 

Panggung ini jadi sangat ironis, Kawan

Drama ini jadi terlalu memihak pada kelemahan dan kekuatan semata

Tentang membuang seseorang dan membeli keberuntungan seseorang

Kuat guncangannya, dari awal yang terlalu dini, hingga akhir yang terlalu cepat pula.

 

---

 

Aku terbaring dan tidak berani bersuara

Hanya menahan sakit karena rantai yang membelengguku

Mengapa manusia harus berwajah malaikat dan bidadari

Jika hanya menawarkan darah segar manusia kelana yang dihina.

 

-

 

Lama tidak menulis tentang gelap dan kelam. Terakhir aku tahu tentang keduanya adalah ketika ada hantaman masa yang tidak terelakkan oleh kegembiraan apapun. Tapi ketika sukacita mencari sekam dalam gelap itu diiringi kerinduan, itu bukan karena ada lagi kata menyerah pada pekat. Ini adalah cara manusia menggali dirinya sendiri, berkomunikasi dengan rohnya sendiri, lalu menerbitkan caranya sendiri untuk berdamai dengan jiwanya. 

Orang bijak banyak berkata, bahwa beranilah kau gali apa yang kau temukan lebih ada padamu. Gali terus hingga kau temukan, lalu menyatu dengan rohnya. Roh yang sejatinya hadir dengan jujur.

--

Tulisan ini diinspirasi oleh Andre Hehanusa dan NOAH.

0 comments

Tambahkan Komentar Anda

 
Copyright © 2012 Main Kata : Blog Menulis dari Hati ~ Template By : Jasriman Sukri

Kamu bisa menulis deskripsi disini