Jalanku terhuyung mencari suara untuk kukenali.
Semata suara itu, yang mampu memastikan bahwa aku ada.
Ketika keberadaan yang aku bisa ingat adalah hanya masalalu,
yang hadir berikutnya adalah panik tak berujung.
Ada pengingkaran yang bertubi hendak kusuarakan..
Apakah akhir semua kekalahan adalah pelita bagi insan yang pernah tersandung kegelapan?
Apakah akhir semua kekalahan adalah pelita bagi insan yang pernah tersandung kegelapan?
Kadang pelita pun mampu menjadi penipu.
Ada kata dan makna yang pendarnya semata memerangkap.
Ada kata dan suara yang hipnotisnya semata mencuri dunia kita.
Pelita bahkan selalu juara.
Mampu menjadi penerang namun sekaligus mampu membuatku tersesat jauh..
Pelita ini, pasti tak abadi, meski berulang mungkin ada.
Pelita dari daerah mana tuh?
ReplyDelete"Mampu menjadi penerang namun sekaligus mampu membuatku tersesat jauh.."
ReplyDeletekarena ketika melihat pelita itu, kita terbawa oleh pesonanya,..maka peganglah tongkat dan hentakkan ke bumi kala kau berjalan agar tak terseret oleh pelita yang menyesatkan..:)
nice post mbak,..salam kenal,..kunjungan perdana ketika BW :)
harus beli genset kayaknya...
ReplyDeletehehehe
Yang pasti jangan mengandalkan satu pelita saja, sediakan juga pelita cadangan. Klo perlu jangan kasih minyak penuh, liat2 dulu! klo keliatan pelita itu menyesatkan, pan ga nyesel2 amat...hehe
ReplyDeletetadi kirain saya prita.hehe
ReplyDelete@sky : dari mana aja ^__^
ReplyDelete@kenia : makasih banyak ^^
@rawins : jangan, boros listrik tar
@bang pendi : benar sekali, satu pelita tak cukup
@LAP : hihihihi ^^
Pun diriku, mereka, dan juga yang lain. Pernah terperangkap pada masa lalu.
ReplyDeletePanik.. Hati tergoda tuk mengingkari..
Tentang pelita, sepakat denganmu. Aku, juga pernah merasakannya. Terkadang ia menyenangkan, namun sementara. Kembali menyeretku pada ingatan masa lalu.. Namun, perjalanan pun akhirnya menemukanku dengan pelita yang lain. Pasti.. Abadi.. Menyenangkan, walau kadang kudapat dari sebongkah rasa pahit..
Aku, di sini, mencoba memahami tulisanmu lewat komentarku. :D
@mas Arya Poetra :
ReplyDeleteterperangkap masalalu itu antara dua hal, bangkit dengan hebatnya atau jatuh dengan abadinya... mengerikan bukan?
Benar sekali pelita ketika datangnya memang sempat begitu menyenangkan... tapi pelita yang kilaunya perih dan mewah, terkadang memang menimbulkan kegelisahan diri... tidak bisa dipungkiri... kita sepertinya lebih damai dan bersyukur lama, ketika pelita kita begitu lembut dan redup... tak apa, bahkan tak kan memudar... tapi aku seneng, mas udah menemukan pelita yang seperti itu... ^___^