Ada kebimbangan yang jenaka. Ketika kuraih gagang teleponku lalu kuletakkan lagi. Tak satupun angka yang kutekan yang seharusnya menuju kamu. Aku menutupi wajahku dengan ujung bantal, tapi tak juga hilang wajah yang masih sama.
Sepuluh menit berlalu, debaran tak ubah sedetikpun. Ranjang tak berderit seperti hampa. Tak beda, aku bertanya dan masih terus bertanya. Dalam hati yang tersipu tanpa tawa, aku tak henti bertanya.
Hai dinding, hai langit, hai pagi, katakan padanya apa kabar dia kini? Semalam aku datang padanya tanpa niat mendamba, tapi seepertinya matanya menjebakku penuh musllihat. Dia tak berhenti tanya kabarku semalam, menyusun harapan kian berjuntai. Kini aku kena racunnya, sibuk menjalani pagi tanpa ketenangan hati. Sibuk menghabiskan waktu, tanpa kejujuran sikap. Sibuk menulis surat, tanpa nama dan alamat penerima.
0 comments
Tambahkan Komentar Anda