Aku berdiri dengan wajah berbinar di tepi jalan pagi itu. Ada awan yang bergerak dengan tenang. Putih warnanya di atas sana, dan latar birunya tak juga memucat. Aku tersenyum. Ah, hari ini akan sangat cerah. Dan semilir angin ini? Ini adalah angin dingin yang sejuk di kota Bandung.
Aku menoleh ke jalan masuk Cihampelas Walk di belakangku. Yah, hari masih pagi dan tentunya pusat rekreasi yang ini belum menampakkan keramaiannya. Aku suka melihatnya, penuh dengan embun pagi yang belum mengering dari dedaunan milik pohon besar yang menjulang di depan area Cihampelas Walk itu. Aku pandangi pohon besar dibelakangku itu sambil memperbaiki letak ransel yang sedari tadi memberatkan punggungku.
Bandung… Aku datang juga ke sini, dengan segenap keberanian yang baru. Ada ragu sempat berjuara di hati sebelum ku singgah ke sini. Aku tahu saat ini akan tiba. Saat aku harus menguatkan diriku sebelum melupakan ganjalan hati. Bandung, cerahlah terus langitmu. Bandung, dinginlah terus angin sejukmu. Aku membutuhkannya hari ini. Hari ini saja aku butuh keceriaanmu.
Di kejauhan, aku melihat angkutan umum yang kutunggu mendekat. Yah, angkutan umum berwarna ungu itu menghampiriku yang sempat melambai ke arahnya. Aku segera melihat angkutan itu begitu kosong didalamnya. Meski ragu, aku masuk juga ke dalam. Hffhh… kenapa kosong.. Aku sempat berharap hari ini hanya menemukan kegaduhan kikuk Bandung. Entah itu yang konyol, entah itu yang gaduh, yang penting aku butuh pengalih pikiran yang hebat. Hffh…
Angkutan umum berjalan meninggalkan pelataran Cihampelas Walk tadi. Sambil memangku ranselku di bangku dalam mobil, aku melihat keluar jendela belakang. Aku masih melihat awan yang putih, dan masih dengan latarnya yang biru cerah. Aku pun mendesah lega. Masih cerah, masih bahagia, masih baik-baik saja, begitu gumamku berulang di dalam hati.
Angkutan umum berwarna ungu itu berjalan tenang dan lambat karena masih sepi dan pagi tak jua menampakkan kesibukan berarti. Jalanan begitu lengang dan pohonnya tampak masih bertahta dengan lambaian sunyinya. Jalanan tak menyisakan apapun untuk menyibukkan pikiranku. Bahkan aku berharap angkutan umum itu memiliki radio untuk musik-musik gaul radio Bandung. Tapi, memang tak ada banyak hal. Hanya mobil yang kosong, dan juga suara deru yang makin terbiasa.
Jalanan masih menampakkan pagi yang hijau oleh pepohonan rindang. Kawasan Siliwangi rupanya sudah tampak di depan mata. Mobilku masih berjalan lambat dan tenang. Hatiku pun mulai terbiasa dengan ketenangan entah karena deru yang telah menghalus atau karena hijau pepohonan yang tak berteman manusia lainnya.
Di ujung blok, aku melihat dari kejauhan. Sebuah taman yang tak berpengunjung. Hanya taman yang biasa bertepikan trotoar yang memisahkannya dengan aspal panas. Taman yang tak baru tapi makin terasa familiar. Aku kenali sedikit-sedikit mencoba mengingat dimana aku barangkali pernah berimajinasi tentang taman itu. Ayunannya berwarna merah muda, lucu sekali melihatnya. Apakah memang begitu lucu, aku tak tahu juga. Yang aku ingat, aku hanya tersenyum pelan melihatnya di balik kaca mobil.
Trotoar itu… Trotoar yang memutari jalanan Siliwangi ini. Mengapa aku begitu familiar dengan pijakan di atasnya. Padahal aku tak berjalan di atasnya, tapi mengapa aku merasa begitu kenal trotoar di sana. Mataku tak berpaling dari trotoar yang membisu namun terasa sangat panjang di sisi mobilku berjalan. Trotoar ini sepertinya berhasil menghipnotisku. Aku mengalah juga akhirnya.
Trotoar yang terlalu dekat. Terlalu dekat dengan mobilku yang berjalan dengan irama yang masih tenang. Trotoar yang terlalu berulang keberadaannya hingga tak mampu tepis ingatanku lagi. Aku pernah berjalan di sana. Di atas trotoar itu aku pernah mengayunkan langkah. Langkah ku yang tak pernah mengenal kata melambat apalagi berhenti. Langkah yang dulu menyisakan jejak-jejak kecilku di pijakan merah betonnya. Tapi langkah itu kemana pernah berjalan? Langkah-langkah itu mengapa pernah begitu percaya diri? Langkah itu pastinya tak sendirian hingga pernah berjalan demikian jauhnya.
Aku mencari lagi kemana trotoar itu menghentikan merahnya. Di ujung yang jauh itu, aku mulai mengalihkan mataku ke langit setelahnya. Aku sempat kecewa, kenapa awannya tak lagi putih, kenapa langitnya tak lagi cerah birunya. Mengapa semua mulai pucat. Aku merasakan pipiku hangat. Ah… itu rupanya, mataku telah berlapiskan bulir air. Pantas saja aku melihat semua begitu pucat. Awan yang putih pucat, dengan latar yang biru pucat. Seberapa pucatkah kota ini akan menyambut kehadiranku kembali?
Aku menoleh ke jalan masuk Cihampelas Walk di belakangku. Yah, hari masih pagi dan tentunya pusat rekreasi yang ini belum menampakkan keramaiannya. Aku suka melihatnya, penuh dengan embun pagi yang belum mengering dari dedaunan milik pohon besar yang menjulang di depan area Cihampelas Walk itu. Aku pandangi pohon besar dibelakangku itu sambil memperbaiki letak ransel yang sedari tadi memberatkan punggungku.
Bandung… Aku datang juga ke sini, dengan segenap keberanian yang baru. Ada ragu sempat berjuara di hati sebelum ku singgah ke sini. Aku tahu saat ini akan tiba. Saat aku harus menguatkan diriku sebelum melupakan ganjalan hati. Bandung, cerahlah terus langitmu. Bandung, dinginlah terus angin sejukmu. Aku membutuhkannya hari ini. Hari ini saja aku butuh keceriaanmu.
Di kejauhan, aku melihat angkutan umum yang kutunggu mendekat. Yah, angkutan umum berwarna ungu itu menghampiriku yang sempat melambai ke arahnya. Aku segera melihat angkutan itu begitu kosong didalamnya. Meski ragu, aku masuk juga ke dalam. Hffhh… kenapa kosong.. Aku sempat berharap hari ini hanya menemukan kegaduhan kikuk Bandung. Entah itu yang konyol, entah itu yang gaduh, yang penting aku butuh pengalih pikiran yang hebat. Hffh…
Angkutan umum berjalan meninggalkan pelataran Cihampelas Walk tadi. Sambil memangku ranselku di bangku dalam mobil, aku melihat keluar jendela belakang. Aku masih melihat awan yang putih, dan masih dengan latarnya yang biru cerah. Aku pun mendesah lega. Masih cerah, masih bahagia, masih baik-baik saja, begitu gumamku berulang di dalam hati.
Angkutan umum berwarna ungu itu berjalan tenang dan lambat karena masih sepi dan pagi tak jua menampakkan kesibukan berarti. Jalanan begitu lengang dan pohonnya tampak masih bertahta dengan lambaian sunyinya. Jalanan tak menyisakan apapun untuk menyibukkan pikiranku. Bahkan aku berharap angkutan umum itu memiliki radio untuk musik-musik gaul radio Bandung. Tapi, memang tak ada banyak hal. Hanya mobil yang kosong, dan juga suara deru yang makin terbiasa.
Jalanan masih menampakkan pagi yang hijau oleh pepohonan rindang. Kawasan Siliwangi rupanya sudah tampak di depan mata. Mobilku masih berjalan lambat dan tenang. Hatiku pun mulai terbiasa dengan ketenangan entah karena deru yang telah menghalus atau karena hijau pepohonan yang tak berteman manusia lainnya.
Di ujung blok, aku melihat dari kejauhan. Sebuah taman yang tak berpengunjung. Hanya taman yang biasa bertepikan trotoar yang memisahkannya dengan aspal panas. Taman yang tak baru tapi makin terasa familiar. Aku kenali sedikit-sedikit mencoba mengingat dimana aku barangkali pernah berimajinasi tentang taman itu. Ayunannya berwarna merah muda, lucu sekali melihatnya. Apakah memang begitu lucu, aku tak tahu juga. Yang aku ingat, aku hanya tersenyum pelan melihatnya di balik kaca mobil.
Trotoar itu… Trotoar yang memutari jalanan Siliwangi ini. Mengapa aku begitu familiar dengan pijakan di atasnya. Padahal aku tak berjalan di atasnya, tapi mengapa aku merasa begitu kenal trotoar di sana. Mataku tak berpaling dari trotoar yang membisu namun terasa sangat panjang di sisi mobilku berjalan. Trotoar ini sepertinya berhasil menghipnotisku. Aku mengalah juga akhirnya.
Trotoar yang terlalu dekat. Terlalu dekat dengan mobilku yang berjalan dengan irama yang masih tenang. Trotoar yang terlalu berulang keberadaannya hingga tak mampu tepis ingatanku lagi. Aku pernah berjalan di sana. Di atas trotoar itu aku pernah mengayunkan langkah. Langkah ku yang tak pernah mengenal kata melambat apalagi berhenti. Langkah yang dulu menyisakan jejak-jejak kecilku di pijakan merah betonnya. Tapi langkah itu kemana pernah berjalan? Langkah-langkah itu mengapa pernah begitu percaya diri? Langkah itu pastinya tak sendirian hingga pernah berjalan demikian jauhnya.
Aku mencari lagi kemana trotoar itu menghentikan merahnya. Di ujung yang jauh itu, aku mulai mengalihkan mataku ke langit setelahnya. Aku sempat kecewa, kenapa awannya tak lagi putih, kenapa langitnya tak lagi cerah birunya. Mengapa semua mulai pucat. Aku merasakan pipiku hangat. Ah… itu rupanya, mataku telah berlapiskan bulir air. Pantas saja aku melihat semua begitu pucat. Awan yang putih pucat, dengan latar yang biru pucat. Seberapa pucatkah kota ini akan menyambut kehadiranku kembali?
trotoar itu mungkin sudah berubah rupa, ia tak sama lagi seperti saat tapak-tapak itu riang mengayun pasti menuju tujuan yang rasanya pasti..
ReplyDeletetrotoar itu memang tampak sunyi kini,
dan, hati ini tetap saja berusaha menerjang payah
hilangkan jejak langkah di tikungan kenangan
lalu, cepat-cepat ia larikan ujung pupil dari trotoar dingin itu
tatapannya beralih menuju dinding batu
dengan tanaman rambat, barangkali di balik tembok itu
telah menunggu semua asa dan harapan yang siap dipeluk
ahhh, mungkin engkau harus bersedia menerimanya sebagai sebuah prasasti
bahwa trotoar itu menjadi saksi bisu akan tapak kaki riang itu berkelana mencicipi pahit manis dunia
yang setia simpankan memori,
yang mungkin sebentar lagi akan indah
welcome in bandung sis! beberapa hari ini hujan berderai mengalahkan ramalan cuaca, namun bandung kadang ramah juga bagi yang mengunjunginya...^^
::: wuaaaaaaaaa..... malah karyamu lebih keren ... wow wow wow... seru yah punya temen kayak dirimu TFD... eh TFLH... ^-^
ReplyDelete::: abis seru aja cerpen kita di comment dengan cerpen balik yang gak kalah bagus rangkaian katanya...
::: benar-benar kritis,,,, ^0^v
::: makasih buanyaaaakkkkk ^-^v
wah balas2an cerpen nich
ReplyDeletehehhehehe
maap aq belum pernah buat cerpen hehehehhe
::: Daniel wp : tenang aja.... spontan kata pun bisa punya cerita sependek cerpen, yakan,,, ^-^
ReplyDeletewah, aku penasaran sepagi apa waktu itu, kenapa jalanan Bandung begitu lengang,
ReplyDeletebahkan trotoarpun bisa menyisakan sebuah ceriat,^^
wah, TFD keren, balas sberbalas,^^
oa mba, aku mau lapor, aku follow yang ini juga,
::: Naila : hohoho... laporan diterima dan dibaca dengan sangat antusias dari sini ^_^
ReplyDelete::: TFD memang jagonya membalas cerpenku di pertamax dan berbalas dengan kata tak kalah bagus ^-^v
makanan di Bandung enak2 semua
ReplyDeletesaya link yang ini aja ya mbak
ReplyDeleteapakah aku bisa mengurai kata-kata seindah itu, sebuah trotoar bisa menjadi cerita menarik bagi penulis-penulis yg hebat..:-)
ReplyDelete::: Sang Cerpenis Bercerita : Xixixi.... apalagi kalo disantap bareng wifi dan angin sejuk ,, ya kan mba?? ^-^
ReplyDelete::: Anyindia : boleh banget kok ^-^v... makasih buanyak
::: Aisah : trotoar dengan sebutan beton merah,, aku baru pertama kali pake istilah itu, xixi ^-^...
trotoar
ReplyDeletetempat
pedestrian
mendapat
nikmat
hilang
dihajar
konsumerisme
huaaaaaaaaaa
ini aku datang
::: hihihi.... Bang Atta kalo komen hueboh dah ^-^v
ReplyDeletebermain kenangan dan berdamai dengan masa lalu.. sesuatu yang indah sekaligus menyenangkan.karena dari situlah kita bisa lebih banyak mengenal diri kita.manisnya selalu terasa dan pahit getirnya
ReplyDeletemampu membuat kita tersenyum.popies line memory.. peace..
wahhh
ReplyDeletekeren
gaya penulisanya
bagus bangettt
:D
bagus banget
ReplyDeleteberbakat jadi penulis nuy
:D
aduh teteh aq brasa kaya lagi baca cerpen online kalo ksini teh,,hehehe ^___^
ReplyDeletebagus swekali teh cerita ttg ciwalknya,aq aja yg dkt gbs bkin crita kya teteh,krn udah panas x y skrg bandung teh..kangen sm cihamplas wqt aq SD teh,ademnya semriwing deh beda bgt sm skrg @____@?
With Love,
|
|
V
Miss Rinda - Personal Blog
bandung i miss the city
ReplyDeleteinyong pernah kebandung dua kali
ReplyDelete::: Andie : bermain kenangan dan berdamai dengan masa lalu... mungkin aku seperti ini : dipermainkan oleh kenangan... hihi
ReplyDelete::: Darahbiroe : welcome in here ^-^, langsung ke blog mu yah ^-^
::: Miss Rinda : Bener cihampelas sekarang panas banget.... T_T, tapi akutiba disana pagi sekali itu
::: Modifikasi Motor : Bandung always make us missing it every single day i guess
::: Cerita Tugu : studi tur yah? hehehe
Ya alloh, blog dikau keren2 semua sih... ih...
ReplyDeletehmm panas yah? aku pengen kesana lagi dunk bandung hehhehheh
ReplyDeleteبوويل ::: makasih banyak pujiannya ^-^ heheehhe,,, udah dikunjungi yah, makasih yah ^-^
ReplyDelete::: Catatan Cahaya : boleh boleh kebandung
wah coba kasih tahu blue pasti ikut dech kesana..heheh
ReplyDeletesalam hangat dari blue
bandung kota hujan
ReplyDeletedingin tiap hari ya.
disini panas nas boz
dipermainkan oleh kenangan... dasar kugy..
ReplyDelete@ blue : aq terima undanganmu, xixi
ReplyDelete@ tomo : pasti ada yg menarik dari kotamu jua
@ andie : weitz! Sesama kugy dilarang saling cela. Wkwkwk!
blogdancing here
ReplyDeletewaww...
ReplyDeletecerpen yang bagus...!!
err, blogwalk nich...
:: sang cerpenis bercerita : wah ada penari latar jacko disini brusan.. He
ReplyDelete@ fatulrachman : thx dah mampir lho. Aq kunjung balik.
Wow.. wow.. wow.. Nih kata2 bener2 deh bikin merinding membacanya.. pinter banget sih mengatur kata.. keren abiezz duwehhh :D
ReplyDeleteKeep posting yah...
Hiruk pikuk Bandung si Kota Bunga
ReplyDeleteMenambah kehangatannya yang dulu dingin menusuk tulang-tulang ini
Bandung..kota yang pernah meninggalkan kenangan sedikit masa kecilku yang kini semakin terbias..tergerus zaman hingga bahkan aku seakan tak pernah mengenalnya..
Kenangan terakhir adalah tahun lalu dimana kota ini seperti tak bersahabat dirundung tangisan deras yang tak kunjung henti
Terpaksa aku berteduh di sebuah lapak usang namun ada keramahan disana..orang yang baik sekali khas Indonesia..tapi tak ada yang ingin kuharapkan..
Sberkas sinar tak kunjung datang hingga malampun datang..
hujan pun berhenti..dan akupun berjalan di anatara lampu-lampu yang temaram..singgah di sebuah tempat yang menarik..ada ikan2 koi disana dan suara air mengalir serta padepokan khas Jawa Barat..Seakan terbius aku pun tak sadar dengan titipan..
sehingga ketika berpaling ke Jakarta, keesokannya aku harus kembali hadir di tempat ini...dan kuambil hikmahnya..pagi itu aku sudah ada disana..menikmati indahnya Bandung kala itu dengan suara-suara burung yang bercampur baur dengan suara kendaraan yang kini telah ramai..
Beranjak dari sana...Pergi ke perbukitan menyaksikan Indahnya kawah yang berwarna kebiruan setelah menerobos jejak2 hutan yang menyejukkan hati dan pikiran
tetap berkarya ya wied...
https://bayanlarsitesi.com/
ReplyDeleteCihangir
Heybeliada
Yalova
Adana
6AZU
ankara parça eşya taşıma
ReplyDeletetakipçi satın al
antalya rent a car
antalya rent a car
ankara parça eşya taşıma
Y2XE
D02D4
ReplyDeletehttps://referanskodunedir.com.tr/
211D8
ReplyDeleteücretsiz sohbet sitesi
gümüşhane ücretsiz sohbet uygulamaları
bedava sohbet
canlı sohbet siteleri
bedava sohbet odaları
Kastamonu Görüntülü Sohbet
van ücretsiz sohbet sitesi
ücretsiz sohbet siteleri
karabük sesli görüntülü sohbet
99E3E
ReplyDeleteFacebook Sayfa Beğeni Satın Al
Mexc Borsası Güvenilir mi
Twitter Trend Topic Satın Al
Okex Borsası Güvenilir mi
Parasız Görüntülü Sohbet
Bitcoin Hesap Açma
Görüntülü Sohbet
Bitcoin Madenciliği Nedir
Bitcoin Kazanma Siteleri
TGJHNYGJNYHJM
ReplyDeleteشركة تنظيف بالاحساء
شركة تسليك مجاري بالدمام 89paFZpiaR
ReplyDeleteشركة تسليك مجاري بالهفوف 20WSsd1VYQ
ReplyDeleteشركة تنظيف سجاد بالجبيل qENcReREsA
ReplyDeleteتسليك مجاري بالاحساء TBqN69gfdC
ReplyDeleteشركة تنظيف خزانات vajPbbpejT
ReplyDeleteشركة تسليك مجاري بالاحساء KrVqtOZhGp
ReplyDeleteشركة رش حشرات بالاحساء Rl1n1Vwq1q
ReplyDeleteشركة عزل اسطح بالرس VWwXMjoHCR
ReplyDelete