Dilema dan Dia Pun Memilih


Jemari yang kurus itu memainkan tuts piano dengan agak gemetar
Tuts demi tuts berdenting menyaringkan suara menyampaikan nyawa
Ada bahasa yang sanggup mengungkap aib hati sang pemain piano itu
Nyata tampak begitu erat ia menutup matanya dengan jari terus berkisah

Bulu mata yang mengerjap itu perlahan basah
Bola mata yang gelisah di baliknya perlahan tak tampu menahan
Tangisnya pecah oleh denting nada dasar yang paling tinggi
Di sanalah ia berada di antara dua keputusan yang berbeda sama sekali

Dilema yang berteriak dalam nada-nada itu hendak dihempasnya jauh
Karenanya ia hanya ingin membunyikan nada-nada yang membuat dirinya semakin jauh
Ia seperti berlari terengah hingga terbanting keras oleh ranting yang tak juga melepaskannya
Ia menjauh, semakin berjuang keras menjauh dari pilihan yang ditemuinya sepintas lalu

Gadis itu letih, tertidur di atas pianonya...
Gadis itu menangis, terisak dalam mimpi tidurnya...
Gadis itu pasrah, tertutup wajahnya oleh ujung rambut hitamnya...
Gadis itu sangat ingin pergi dari raga yang memaksanya tetap berpijak...
Gadis itu...
Gadis yang akan memilih melepas semua
Bukan ia melepas karena enggan memilih
Namun hanya karena ia memilih memulai dari awal
Sambil berjanji, ia akan memilih yang terbaik

6 comments:

 
Copyright © 2012 Main Kata : Blog Menulis dari Hati ~ Template By : Jasriman Sukri

Kamu bisa menulis deskripsi disini